c9fb2a9e812153a139353118104ca03a.jpg  

Memetik Nilai Lebih TNI Manunggal Membangun Desa

Senin, 23 April 2007 00:00:00 - Oleh : puspen - Dibaca : 2642 kali

Gelar proyek TMMD ke 78 yang berlangsung selama 21 hari baru saja berakhir pada tanggal 17 April 2007. Banyak nilai lebih yang bisa dipetik dari pelaksanaan TMMD tersebut.

     Program ini –dulu ABRI Masuk Desa- yang sudah dimulai sejak tahun 1978 merupakan program andalan ABRI dan sampai sekarangpun masih terus berlanjut. Secara fisik prioritas proyek yang dikerjakan adalah peningkatan sarana dan prasarana yang betul-betul menyentuh langsung kepentingan dan perbaikan kehidupan masyarakat di pedesaan, terutama untuk membuka isolasi daerah terpencil, meningkatkan roda perekonomian masyarakat di daerah yang dapat membuka akses yang lebih luas untuk pemasaran hasil bumi dan produk produk yang ada di desa.

     Sedangkan sasaran kegiatan non fisik diarahkan pada peningkatan wawasan dan semangat kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta kesadaran bela negara yang mampu menggugah semangat persatuan dan kesatuan bangsa, yang saat ini dirasakan cenderung menurun.

Awal Mula

     Ketika presiden Soeharto melantik Jenderal M. Yusuf menjadi Menhankam Pangab tahun 1978, Pangab yang baru itu mendapat petunjuk untuk membangun kemanunggalan ABRI dengan rakyat. Artinya saat itu ABRI harus menyatu dengan masyarakat untuk bersama-sama membangun di pedesaan dan membantu meningkatkan kesejahteraan-nya.

     Petunjuk itu langsung ditangkap Menhankam Pangab, realisasinya tak lama kemudian Jenderal M. Yusuf mencanangkan program ABRI Masuk Desa (AMD) –format baru kemasan civic mission-, tentu dengan tujuan yang paling utama agar ABRI lebih dekat dengan masyarakat (Dalam Memoar Jenderal M. Yusuf).

      Menurut hemat penulis, diluar itu masih ada sasaran yang ingin dicapai dalam program AMD, yaitu untuk membangun daerah pangkal pertahanan, membantu masyarakat dalam membangun infrastruktur desa, dan menjamin rasa aman di masyarakat. Karena kondisi saat itu memang memerlukan kehadiran ABRI.

     Membangun pangkal pertahanan, karena saat itu memang sedang ditata dan diinvetarisir daerah-daerah pertahanan yang akan dijadikan daerah pangkal pertahanan. Dan ini sangat cocok dengan sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara dan potensi wilayah serta sumber daya nasional yang ada. Muara dari semua itu apabila kita menghadapi perang konvesional (semoga saja jangan terjadi) akan mengarah kepada perang berlarut dengan memanfaatkan kantong-kantong pertahanan untuk bergerilya dan rakyat ikut membantu. Perang berlarut seperti ini masih dikatakan sangat ampuh.

     Mari kita lihat saat berlangsungnya perang Vietnam, Amerika yang menggunakan senjata canggih harus mengakui kekalahannya dengan Vietnam. Begitu juga  dalam perang Irak yang sampai sekarang masih berlanjut dan Amerika pun sudah bimbang bagaimana cara menghadapinya mungkin tak lama lagi Amerika akan mengalami nasib yang sama.

     Membangun infrastruktur desa, memang desa-desa saat itu bisa dikata masih terbelakang artinya jalan-jalan belum diperkeras, bahkan kadang harus membuka jalan baru agar desa tersebut tidak terisolasi, membangun tempat ibadah dan perbaikan saluran irigasi karena sisa peninggalan Belanda yang sudah harus diperbaiki, merehab jembatan atau membangun jembatan dan masih banyak lagi yang dibutuhkan oleh desa yang direspon baik oleh ABRI.

     Dan yang terakhir adalah untuk menjamin rasa aman masyarakat, memang awal pelaksanaan AMD kondisi keamanan di wilayah tertentu Indonesia belum pulih dan adanya format baru bentuk pemberontakan yaitu separatis bersenjata di Aceh dan Papua yang membutuhkan kehadiran ABRI.

     Memang saat itu banyak permintaan dari daerah agar dimasukkan ke dalam  program AMD, karena dirasakan sangat besar manfaatnya bagi pertumbuhan ekonomi pedesaan dengan adanya infrastruktur sebagai penghubung antara desa satu dengan lainnya atau antara desa dengan kecamatan bisa  menjamin rasa aman masyarakat.

     Sehingga secara otomatis program tersebut menjadi andalan ABRI untuk terus dikembangkan dari tahun ke tahun dengan berdasar kebutuhan masyarakat.

     Hingga berlanjut kepada kepemimpinan berikutnya Program itu tetap berjalan dan skalanya semakin luas dan mulai tahun 2000 dikenal dengan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD), karena adanya pemisahan organisasi TNI dan Polri. Program TMMD adalah program lintas sektoral yang masih eksis dan terus berkembang serta memilik cakupan yang semakin luas dan programnya sama sekali tidak tersentuh oleh pengaruh reformasi. Adapun para pihak yang terlibat adalah unsur TNI, Departemen, lembaga pemerintah non departeman, pemerintah daerah dan kota serta masyarakat. Hingga saat ini diseluruh wilayah Indonesia telah digelar bentuk kegiatan TNI Manunggal yaitu TNI Manunggal  Membangun desa, TNI Manunggal Pertanian, TNI Manunggal Aksara, TNI Manunggal KB-Kes, TNI Manunggal Sosial Sejahtera, TNI Manunggal Sembako dan TNI Manunggal Reboisasi. 

Nilai Lebih

     Sangatlah subyektif sekali kalau program yang dirancang oleh TNI dinilai oleh TNI sendiri. Penilaian itu akan obyektif jikalau datangnya dari kalangan masyarakat. Mari kita tengok sekilas hasil program TMMD tahun lalu dan tahun ini  yang dimuat diharian lokal Jawa Tengah dan apa penilaian mereka.

     ...Warto Miharjo,67, warga dukuh Asri, desa Malangan, Tulung, Klaten tidak menyangka dirinya menjadi satu dari tiga warga yang menerima bantuan pembangunan rumah dalam program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD)II. Lelaki yang tinggal bersama istrinya Darmi, 50, ini merasa senang dan terharu akhirnya dapat mewujudkan cita-cita memiliki rumah berdinding tembok. “ …Rasanya senang sekali, karena selama ini saya hanya tinggal dirumah ghedekâ€? Ujar Warto sambil mengelus dada (Solo Pos, 9/9/06).

     ....Nilai tambah dengan adanya kegiatan TMMD Sengkuyung I di desa Mesoyi, Talun, Pekalongan lebih hemat dibandingkan diborongkan. Total biaya proyek pelaksanaan TMMD Rp. 396.750.000,-. Biaya ini lebih hemat Rp. 101.764.450,- bila dibandingkan pengerjaan yang diborongkan.... (Wawasan, 19/04/07).

     ....Lurah desa Mulyorejo, Demak,  H. Sutarman SIp menuturkan, realisasi program fisik dan non fisik TMMD sangat dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga. Khususnya program betonisasi dan pemadatan jalan, menurutnya telah berdampak pada menurunnya biaya operasional pertanian..... (Wawasan, 18/04/07)

      â€œâ€¦.Camat Poncowarno Dra Siti Alfiah Anggraini mengaku lega dengan adanya TMMD. Hubungan Poncowarno dengan Kotowinangun akan semakin lancar dan diharapkan nanti ada jalur angkudes yang melayani masyarakat di pedesaan untuk bepergian ke kota Kebumen….â€? (Suara Merdeka 10/9/06).

     Sudahlah cukup dari keempat contoh ini  memberikan gambaran kepada kita bahwa program TMMD memiliki kesan yang positif di kalangan masyarakat khususnya di pedesaan, bahkan ungkapan terima kasih dan permintaan dari masyarakat agar wilayahnya dijadikan sasaran proyek TMMD terus mengalir setiap waktu. Ini terjadi karena keterbatasan pemerintah dalam menjangkau proyek-proyek pembangunan yang ada di pedesaan belumlah merata. Program TMMD-lah pilihan masyarakat yang dirasakan paling tepat untuk menutup kelemahan dari keterbatasan itu.

     Dikaitkan dengan pelaksanaan TMMD yang sekarang sedang berlangsung tentu hasilnya tidak banyak berbeda dengan penilaian  dari   keempat contoh  tersebut, bahkan bisa dikata mungkin hasilnya akan lebih bermanfaat, bila dihadapkan pada kondisi perekonomian kita yang sampai saat ini belum pulih sepenuhnya.

     Selain itu TMMD juga diarahkan pada desa-desa yang terkena bencana alam. Kita kenal yang namanya Tanggap Darurat kemudian dilanjutkan dengan TMMD Reguler ataupun karya bhakti lainnya. Tinggal seberapa besar kategori bencana alam tersebut apakah masuk bencana nasional atau bukan.

     Sekecil apapun sasaran TMMD yang dikerjakan, hasilnya akan memiliki nilai lebih bagi masyarakat disekitar.

Menumbuhkan Semangat Gotong Royong

     Mekanisme program TMMD diawali dan disusun dengan sistem “Bottom Up Planningâ€? dari hasil musyawarah atau rembug desa, dilanjutkan rapat di tingkat kecamatan dan kemudian dibicarakan di tingkat kabupaten atau kota, selanjutnya TNI Manunggal Membangun Desa diprogramkan (Amanat Kasad pada pembukaan TMMD ke 78 tanggal 28 Maret 2007). Ini menandakan bahwa untuk menentukan sasaran TMMD itupun butuh proses panjang dan datangnyapun dari kalangan yang langsung merasakan apa yang sekiranya  paling mendesak dibutuhkan. Jadi tidaklah sia-sia setelah bangunan proyek itu selesai, pemanfaatannya tentu akan maksimal.

     Sungguh berbeda dengan apa yang biasa kita lihat, proyek-proyek yang sudah selesai dibangun karena tidak mendasarkan dengan konsep mekanisme “Bottom Up Planningâ€? akhirnya malah terbengkelai bahkan dilihat dari sisi manfaatnyapun kurang dan mubadzir yang didapat.

     Di sisi yang lain selama pengerjaan proyek TMMD selalu melibatkan berbagai unsur komponen masyarakat baik dari unsur TNI, Pemda, lembaga departemen dan nondepartemen serta masyarakat. Belum berselang lama di beberapa pedesaan yang tersebar di wilayah Kodam IV/Diponegoro tengah berlangsung suasana gotong royong mengerjakan proyek yang menjadi sasaran TMMD Reguler, Sengkuyung maupun Imbangan. Ini sangat erat kaitanya untuk menumbuhkan budaya semangat gotong royong dan partisipasi aktif masyarakat dalam membangun daerahnya sendiri menuju kehidupan sosial masyarakat yang lebih maju, sejahtera dan mandiri.

     Karena semangat kehidupan bergotong royong yang merupakan ciri khas masyarakat kita cenderung mulai terkikis oleh arus globalisasi. Tidak menutup kemungkinan seiring waktu berjalan semangat gotong royongpun akan punah. Dengan adanya program TMMD yang memiliki karakteristik seperti ini tentu akan   menyemai semangat gotong royong ditengah-tengah benturan masyarakat bukan hanya di perkotaan saja namun juga sudah melanda kehidupan di pedesaan yang sudah mulai mengagung-agungkan semangat individualistik. Sebagian besar sasaran proyek TMMD memang tersebar di pedesaan ataupun di desa-desa tertinggal tapi tidak mengurangi dan mengecilkan makna filosofi yang disandangnya yaitu kemanunggalan TNI-rakyat tetap terus terjaga.

     Bagaimanapun roh kelahiran TNI tidak lepas dari rakyat, lahir dari rakyat dan dibesarkan oleh rakyat, artinya apa yang dilakukan TNI harus berkiblat kepada kepentingan rakyat semata bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu.   Sudah jelas apa yang menjadi salah satu visi dan misi TNI dalam melakukan tugas pokoknya harus terbangun jiwa untuk dicintai dan mencintai rakyatnya.

     Mari, kita sebagai komponen masyarakat untuk lebih peduli membangun wilayah Jawa Tengah dan DIY sesuai profesi yang kita miliki.

Smiley face
 
"Tunaikan Sumpah dan tugas kewajiban sebagai prajurit Negara Republik Indonesia, yang sanggup menjamin keamanan dan keselamatan nusa dan bangsanya"    
Panglima Besar Jenderal Sudirman
Pengumuman
Siaran Pers
Amanat
Berita Media
Selasa, 20 Desember 2022
Presiden Jokowi Lantik Yudo Margono sebagai Panglima TNI
Jum`at, 2 Desember 2022
Panglima TNI Bersama KSAL Lepas Satgas MTF TNI Konga 28 N ke Lebanon
Jum`at, 25 November 2022
Sambangi Cianjur, Panglima TNI Evaluasi Kekuatan Pasukan di Lokasi Gempa
Jum`at, 25 November 2022
Panglima TNI Tinjau Lokasi Gempa Cianjur Kirim Bantuan dan Bawa 8 Ribu Paket Makanan
Selasa, 8 November 2022
Panglima TNI cek alutsista pengamanan KTT G20




Smiley face