c9fb2a9e812153a139353118104ca03a.jpg  

MENGENAL MUSEUM PESAWAT TERBANG “DIRGANTARA MANDALA� DI YOGYAKARTA

Senin, 4 Juni 2007 00:00:00 - Oleh : puspen - Dibaca : 4666 kali

          Sebagai kota budaya, Yogyakarta banyak menyimpan museum yang masing-masing memiliki spesifikasi. Tercatat di Barahmus ( Badan Musyawarah Museum) Yogyakarta terdapat sekitar 16 Museum, yang keberadaannya dapat menjadi pusat studi bagi masyarakat dan pelajar dalam menambah pengetahuan.

          Salah satu museum yang menjadi anggota Barahmus adalah Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandalaâ€? terletak di Lanud Adisucipto tidak jauh dari jalan raya Yogya- Solo sekitar 6 Km sebelah timur Yogyakarta. Berdiri di atas tanah seluas 8.000 meter persegi dengan luas bangunan 4.200 meter persegi, diresmikan pada 29 Juli 1984 bertepatan dengan peringatan Hari Bakti TNI AU oleh Kasau saat itu Marsekal TNI Sukardi.

          “Dirgantara Mandalaâ€? dapat disebut sebagai museum pesawat terbang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Hal ini disebabkan  banyaknya tipe pesawat terbang yang dikoleksi, mulai zaman kemerdekaan sampai pesawat tempur yang digunakan TNI AU di tahun 1970-an. Tercatat sekitar 38 buah pesawat terbang yang digelar baik dalam maupun luar museum.

          Pengunjung dapat menyaksikan pesawat terbang buatan jepang seperti Churen, Guntei dan hayabusa yang pada masa Kemerdekaan RI merupakan modal awal bagi TNI AU untuk mempertahankan kedaulatan Negara. Selain itu terdapat pula pesawat terbang buatan Amerika Serikat dan Rusia yang menjadi kekuatan TNI AU di masa lalu.

          Untuk pesawat terbang buatan Amerika Serikat yang digelar di Ruang Alutsista antara lain jenis buru taktis P-51 Mustang, latih dasar  BT-13 Valiant, latih lanjut AT-16 Harvard, pembom ringan B-25 Mitchel, angkut ringan C-47 Dakota, pembom ringan B-26 Invander, latih mula Stearman, Helikopter UH-34 Sikorsky, latih lanjut T-33 Bird, patroli PBY-5A Catalina dan sebagainya.

          Sedang pesawat terbang buatan Rusia meliputi latih tempur UTI MiG-15, pesawat tempur MiG-17, dan MiG-19, tempur sergap MiG-21, Helikopter MI-4, Pembom TU-16 B, buru sergap LA-11 Lavachkin serta peluru kendali KS dan peluru kendali SA-75. Disamping itu “Dirgantara Mandalaâ€? juga menyimpan pesawat buatan Indonesia sendiri berupa pesawat peluncur “Gilder Kampretâ€?  yang dirancang tahun 1951, pesawat Gelatik PZL-104 dan latih dasar LT-200 produksi Lipnur ( Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) yang merupakan embrio PT.Dirgantara Indonesia.

          Dengan koleksi pesawat terbang yang demikian lengkap, membuat museum “Dirgantara Mandalaâ€? banyak dikunjungi para wisatawan baik domestik seperti pelajar dari TK sampai SMU dan masyarakat umum, maupun turis asing. Bahkan beberapa koleksi pesawat terbang yang sudah tua dan langka, yang jumlahnya tidak banyak lagi di dunia menjadi incaran dan di kagumi pengunjung luar negeri, seperti pesawat P-51 Mustang ( Cocor Merah), pesawat peninggalan jepang serta pesawat bermesin hasil buatan putera Indonesia.

Mengabadikan Peristiwa

            Berdirinya museum yang dibuka untuk umum baik perorangan maupun rombongan ini. Berawal dari keinginan untuk mengabadikan kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU serta untuk mengenang para pendahulu dan perintis TNI AU.

          Gagasan pimpinan TNI AU saat itu dituangkan dalam keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara nomor 491 tanggal 6 Agustus 1960 yang realisasinya baru dapat diwujudkan pada tanggal 1 April 1967 dengan kegiatan masih sangat terbatas karena kurangnya tenaga professional.

          Tanggal 4 April 1969, titik cerah mulai tampak  sejak diresmikannya Museum Pusat Angkatan Udara oleh Panglima Angkatan Udara saat itu Marsekal TNI Rusmin Nuryadin de ngan lokasi Di Markas Komando Wilayah Udara  V Jalan Tanah Abang Bukit, Jakarta.

          Sebelumnya di lembaga pendidikan Akabri bagian Udara Jogjakarta sebenarnya sudah ada Museum pendidikan Karbol, sehingga dengan di resmikannya Museum Pusat Angkatan Udara maka muncul pemikiran yang mengarah pada penyatuan kedua museum matra udara tersebut dan menentukan Yogyakarta sebagai lokasinya.

          Penentuan Yogyakarta untuk lokasi berdasar pertimbangan bahwa pada periode 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan perjuangan TNI AU maupun penggodokan Karbol Angkatan Udara dan Tradisi juang TNI AU dengan mengacu semangat Maguwo.

          Atas pertimbangan tersebut, Kasau pada tahun 1978 mengeluarkan keputusan dan menetapkan Museum Pusat Angkatan Udara yang semula di Jakarta dipindahkan ke Yogyakarta serta dipadukan dengan Museum Pendidikan Karbol dan menjadi Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandalaâ€? berlokasi di Gedung Link Trainer di Ksatrian Akabri Bagian Udara.

          Secara bertahap koleksi museum makin bertambah terutama jenis pesawat terbang sehingga timbul pemikiran untuk memindahkan lokasi. Pimpinan TNI AU memutuskan gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto sebagai tempat museum yang baru sampai sekarang.

Smiley face
 
"Tunaikan Sumpah dan tugas kewajiban sebagai prajurit Negara Republik Indonesia, yang sanggup menjamin keamanan dan keselamatan nusa dan bangsanya"    
Panglima Besar Jenderal Sudirman
Pengumuman
Siaran Pers
Amanat
Berita Media
Selasa, 20 Desember 2022
Presiden Jokowi Lantik Yudo Margono sebagai Panglima TNI
Jum`at, 2 Desember 2022
Panglima TNI Bersama KSAL Lepas Satgas MTF TNI Konga 28 N ke Lebanon
Jum`at, 25 November 2022
Sambangi Cianjur, Panglima TNI Evaluasi Kekuatan Pasukan di Lokasi Gempa
Jum`at, 25 November 2022
Panglima TNI Tinjau Lokasi Gempa Cianjur Kirim Bantuan dan Bawa 8 Ribu Paket Makanan
Selasa, 8 November 2022
Panglima TNI cek alutsista pengamanan KTT G20




Smiley face